Pengadilan Agama Sumenep

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN AGAMA SUMENEP KELAS I A

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN AGAMA SUMENEP KELAS I A

Makna Ikhlas Dari Hari Raya Idul Adha

pa-sumenep.go.id – Mengawali pekan pertama di bulan Juli, Pengadilan Agama Sumenep kembali melaksanakan kegiatan Morning Briefing di ruang tunggu para pihak pada pagi ini Rabu, 05/07/2023 tepat pukul 08.00 WIB. Pelaksanaan briefing ini rutin dilaksanakan sekali dalam seminggu dengan tujuan untuk memberikan arahan dan pembinaan secara singkat demi tercapainya pelayanan yang super prima. Kali ini Ketua PA Sumenep Drs. H. Palatua, S.H., M.H.I. bertindak sebagai pembriefing. Didampingi Panitera Imran Saleh, S.H. bertindak sebagai Mc, pelaksanaan briefing tersebut dikhususkan kepada para petugas pelayanan yakni Resepsionis, Sidang, Satpam, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Hal tersebut guna memberikan wadah kepada petugas pelayanan PA Sumenep untuk menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi dalam melayani serta memberikan pendapat demi keberlangsungan dan kenyamanan para pihak.

Baca juga: Jelang Turnamen PTWP PA Koordinator Madura, Ketua PTWP Madura Adakan Rapat Panitia

Karena masih dalam suasana Idul Adha, dalam arahan dan pembinaannya Ketua PA Sumenep menyampaikan tentang makna dari perayaan Hari Idul Adha. Berangkat dari sejarah ibadah kurban Idul Adha berawal dari kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail yang seketika diganti menjadi domba. Belajar dari kisah Nabi Ibrahim yang menunaikan perintah Allah SWT meski pada awalnya berat, tetapi dengan keikhlasannya melaksakan perintah Allah SWT maka digantilah peran anaknya menjadi seekor domba. Poin “ikhlas” disini ditekankan oleh Ketua PA Sumenep utnuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali ikhlas dalam melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pimpinan.

Menurutnya melaksanakan perintah pimpinan, merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan ikhlas. “Sebagai seorang yang beriman dan sebagai warga peradilan kita harus patuh, dan memiliki sikap sami’na wa atho’na dalam diri kita,” tuturnya. Maksudnya, ini merupakan sikap di mana seorang Muslim memiliki ketundukkan jiwa dan kerelaan hati. Seorang Muslim akan disebut beriman apabila memiliki sikap sami’na wa athona. Briefing kemudian ditutup dengan doa oleh Panmud. Gugatan Moh. Hasyim, S.H. dan yel-yel yang dipandu oleh Bapak Maskiyanto. (Tim Medsos)

Tinggalkan komentar