Pengadilan Agama Sumenep

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN AGAMA SUMENEP KELAS I A

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG IDEAL

Oleh

ELLY KUSDIANA KHOBAIDAH, S.Ag

I. PENDAHULUAN

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :
“واذ قال ربك للملئكة اني جاعل فى الارض خلىفة “
Artinya : ”(Ingatlah) Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,

“Aku hendak, menjadikan khalifah di muka bumi”.

Dalam ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwasanya ada 3 (tiga) pendapat mengenai
makna khalifah. Pertama Adalah Adam as yang merupakan simbol manusia yang
berfungsi sebagai khalifah. Kedua berarti generasi penerus atau generasi pengganti.
Ketiga adalah kepala negara atau kepala pemerintahan.

Berdasarkan tafsir ayat tersebut diatas, Allah telah memberitahukan
terlebih dahulu kepada para malaikat bahwa manusia yang akan diciptakan nantinya
akan dijadikan sebagai khalifah di bumi. Jadi khalifah merupakan makhluk ciptaan
Allah SWT yang sangat mulia, yang diberi tugas untuk mengelola bumi dan
memakmurkan penduduknya serta memberantas segala bentuk kemungkaran dan
kezaliman. Apabila ditarik pada konteks kekinian manusia sebagai pemimpin
menjalan linier dengan sebab musabab diciptakannya manusia yaitu untuk memimpin
di muka bumi ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi kelima, khalifah
mempunyai arti raja, penguasa, atau pemimpin yang menggantikan seseorang atau
memimpin suatu umat, dan bisa juga merujuk pada pengganti Nabi Muhammad SAW
dalam memimpin umat Islam. Pemimpin merujuk pada seseorang atau objeknya,
sedangkan kepemimpinan pada cara atau usaha yang dilakukan oleh pemimpin.

II. PEMBAHASAN

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan fitrah kemanusiaan. Sejak
manusia ada, pada saat itu pula pemimpin dan kepemimpinan telah ada. Bahasa
menjadi pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana
menjadi pemimpin yang baik, tipe dan sifat sesuai dengan kepemimpinan serta
kemampuan-kemampuan apa saja yang perlu dimiliki oleh seseorang pemimpin agar
bisa menjadi pemimpin yang diidolakan.

Kepemimpimpinan adalah sikap perilaku untuk mempengaruhi para
bawahan agar mereka mampu bekerja sama, sehingga membentuk jalinan kerja sama
yang harmonis dengan pertimbangan aspek efisiensi dan efektivitas untuk mencapai
angka produktivitas kerja sesuai dengan yang telah ditetapkan atau direncanakan.
Esensi pemimpin dalam lingkup komunitas, kelompok, dan organisasi sangat penting
peranannya. Selain sebagai penggerak kelompok, keberadaan pemimpin sangat
substansial dan fundamental. Pemimpin merencanakan dan mengorganisasikan
sumber daya yang ada dengan memengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai kinerja bawahan yang optimal. Keberhasilan kepemimpinan dipengaruhi
oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan dan kepuasan bawahannya.

Kepemimpinan merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan sebuah
lingkup komunitas, kelompok dan organisasi. Namun dalam usaha pencapaian
tersebut tetap memperhatikan perilaku para bawahan atau anggota timnya dimana
perilaku tersebut membentuk budaya dalam lingkup yang ada. Perilaku para bawahan
atau anggota tim tersebut sebagai pertimbangan oleh seorang pemimpin dalam
pengambilan keputusan. Dengan memahami perilaku individu yang antagonis dan
kooperatif dalam berorganisasi. Dengan memahami perilaku yang berbeda maka
pendekatan situasional sangatlah tepat melalui kepemimpinan partisipatif. Hal ini
menunjukkan bahwa sekalipun pemimpin memiliki kewenangan penuh terhadap
kendali organisasi, tetap tidak bisa mengesampingkan peran para bawahan atau
anggota timnya.

Kinerja organisasi dijadikan sebagai salah satu ukuran berhasil tidaknya
suatu organisasi. Organisasi tak lepas dari masalah sumber daya manusia karena
sampai saat ini sumber daya manusia menjadi pusat perhatian dan tumpuan
organisasi atau perusahaan untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat di
era globalisasi ini. Tuntutan yang semakin ketat tersebut membuat manajemen
sumber daya manusia harus dikelola dengan baik dengan memperhatikan segala
kebutuhan demi tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Mulaydi dan Rivai (2009) dalam organisasi terdapat pihak-pihak
yang saling terkait antara lain pemimpin sebagai atasan, dan pegawai atau karyawan
sebagai bawahan. Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi menurut Suranta
(2002) dikarenakan pemimpin memiliki peran strategis dalam usaha mencapai tujuan
organisasi sesuai visi dan misi organisasi. Siagian (2002) mengutarakan bahwa
kepemimpinan merupaka individu yang menduduki suatu jabatan tertentu dimana

individu tersebut memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain yakni bawahannya atau anggota timnya untuk berfikir dan
bertindak sehingga melalui perilaku yang positif tersebut dapat memberikan kontibusi
dalam pencapaian tujuan organisasi.

Kepemimpinan dalam suatu komunitas atau organisasi menuntut kepekaan
terhadap budaya yang ada didalamnya. Budaya dalam suatu komunitas atau
organisasi mempunyai fungsi dalam menetapkan batas dan wewenang, memberikan
identitas kepada anggotanya. Karakteristik budaya dalam komunitas atau organisasi
menjadi pedoman bagi seorang pemimpin dalam mengambil Keputusan serta
kebijakan yang akan diterapkan kepada bawahannya.

Untuk memilih seorang pemimpim yang berbakat baik dari segi kualitas,
prestasi dan potensi dalam hal teori maupun pengalaman yang panjang dibutuhkan
ketepatan yang baik dalam memilihnya. Karena langkah organisasi kedepan akan
sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh siapa yang akan memimpin kedepannya.
Seringkali pelaksanaan mekanisme keberlangsungan suatu organisasi mengenai
kepemilihan pemimpin, berangkat dari kedekatan emosional atau lobbying, bukan
melihat dari segi bagaimana kualitas yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Hal
semacam ini adalah suatu hal yang perlu evaluasi secara bersama.

Dengan mengetahui latar belakang secara universal faktor-faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan pada diri seorang pemimpin merupakan langkah bijak
sebagai alat ukur, apakah seorang pemimpin tersebut layak atau tidak. Setidaknya
ada beberapa faktor kepemimpinan kedepan yang mempengaruhi bagaimana
seorang pemimpin tersebut bersikap dan mengambil kebijakan dan keputusan untuk
masa depan organisasi yang baik.

Gaya kepemimpinan menurut Marzuki (2002) merupakan norma perilaku
seseorang yang dipakai saat orang tersebut berusaha mengarahkan atau
mempengaruhi orang lain dengan berbagai kelebihan dan kelemahan. Seorang
pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai dengan potensi
kemampuan dan kepribadiannya. Dengan kata lain pemimpin memiliki sifat antusias
untuk mempengaruhi orang lain dalam pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan
yang dimiliki oleh pemimpin dalam menjalankan tugas dan fungsinya sangat mungkin
organisasi berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan bersama.

Dalam sebuah organisasi selalu terdapat seorang pemimpin, namun di sisi
lain pemimpin juga disebut seorang manajer. Kedua istilah tersebut tentu berbeda

karena manajemen lebih pada pengaturan perencanaan, pengorganisasian,
menggerakkan dan pengendalian. Sehingga dapat dibedakan kalau manajer
berkenaan dengan mengatasi masalah kerumitan sedangkan kepemimpinan untuk
mengatasi perubahan yang ada. Hal tersebut menegaskan bahwa kepemimpinan
berkaitan dengan visi dan misi yang aka diwujudkan pada masa yang akan datang,
sedangkan manajemen berkaitan dengan implementasi atas visi dan misi yang telah
dibuat oleh pemimpin. Dari paparan diatas bahwa kepemimpinan memang berbeda
dengan manajemen dalam cara kerjanya. Kepemimpinan lebih bersifat fleksibel
dengan memberikan cara atau dorongan yang lebih efektif dari sekedar melakukan
pekerjaan yang sifatnya rutinitas.

Pemimpin sebagai penggerak, pembimbing, pemberian arah, pemberian

perintah, pemberian motivasi dan pemberian teladan untuk mempengaruhi orang-
orang yang dipimpinnya. Keberhasilan pemimpin sangat bergantung dari kemampuan

seorang memimpin untuk membangun dan menggerakkan orang-orang di sekitarnya.
Keberhasilan sebuah organisasi sangat bergantung pada potensi sumber daya
manusia yang dimiliki.

Kepemimpimpinan sejatinya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan
seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri manusia dan
merupakan sebuah keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin baik bagi
dirinya, keluarga, lingkungan pekerjaan dan lainnya. Kepemimpinan adalah sebuah
keputusan yang merupakan hasil proses perubahan karakter atau transformasi
internal seseorang. Kepemimpinan tidak terbatas pada organisasi atau lembaga
tertentu. Kepemimpinan juga tidak hanya menjadi milik atau monopoli seseorang yang
menyandang predikat sebagai kepala atau manajer dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Kepemimpinan dapat dipergunakan oleh setiap orang dalam segala
situasi, tingkatan lembaga yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
bawahannya. Sehingga kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati
dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejatinya dimulai dari dalam diri manusia dan
bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.

Jika ditinjau dalam konsep Islam, bahwa tugas manusia sebagi pemimpin
di bumi yaitu untuk memakmurkan alam sebagai manisfestasi dari rasa syukur
manusia kepada Allah SWT dan bentuk pengabdian kepada-Nya. Tugas khalifah
diberikan kepada setiap manusia. Sehingga setiap manusia mempunyai tanggung

jawab sebagai pemimpin baik dalam skala kecil lingkungan keluarga atau masyarakat
sekitar ataupun dalam skala besar dalam organisasi atau negara.

Derap perkembangan di semua lini kehidupan terjadi semakin cepat.
Kemajuan teknologi informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat
saat ini. Laju informasi dan pengetahuan bergerak begitu cepat tanpa mengalami
kendala. Sebagai bangsa yang besar dan semakin diperhitungkan di dunia
internasional, Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus diselesaikan. Untuk
proses perubahan besar itu, kepemimpinan model lama pun tidak akan cocok lagi
sehingga perlu adanya koreksi dan dikembangkan. Dengan generasi muda di
Indonesia yang tumbuh begitu pesat, maka gaya kepemimpinan yang muncul pun
harus menyesuaikan dengan ritme dan pola yang ada saat ini. Generasi milenial
sangat mempengaruhi banyak hal harus memimpin dengan gaya kepemimpinan
milenial.

Menjadi seorang pemimpin yang baik pada generasi milenial saat ini
menjadi suatu tantangan yang kritis. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa
kepemimpinan merupakan karakter sejak lahir. Pada zaman dahulu, Pemimpin
dilahirkan dari keluarga raja-raja yang mendapatkan keilmuan kemimpinan hanya dari
lingkungan kerajaan. Namun seiring perkembangan zaman, banyak pemimpin yang
muncul akibat tuntutan dan kondisi lingkungan pada saat itu. Pada zaman penjajahan,
karakter pemimpin terbentuk dalam perjuangan melawan penjajah. Mereka pejuang
yang terbentuk oleh intelektual dan memiliki idealisme merumuskan idelogi bangsa
dan negara. Sehingga pemimpin terbentuk dengan karakter keras, disiplin dan gigih
karena hadir pada masa penjajahan.

Namun mencari pemimpin yang tepat untuk masa sekarang dan akan
datang menjadi tantangan yang harus dipenuhi untuk bangsa ini. Pemimpin harus bisa
beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pada saat ini dunia mengalami kemajuan
teknologi sangat massif dengan berkembangnya era industri 4.0 menjadi tantangan
tersendiri bagi pemimpin dan kepemimpinan masa kini. Negara-negara maju memiliki
pemimpin yang berhasil memanfaatkan perkembangan teknologi yang mengubah
pola kehidupan manusia. Selain itu pemimpim juga harus memiliki empati yang tinggi
dan komitmen menolong sesama tanpa membedakan suku, agama maupun ras.
Kepemimpinan milenial yang diterjemahkan sebagai kepemimpinan masa
kini yang menyesuaikan dengan gaya generasi baru. Pola kepemimpinan milenial
tidak sama dengan pola kepemimpinan lama dari generasi sebelumnya. Gaya

kepemimpinan yang dibangun beradaptasi dengan pola pikir dan gaya hidup mereka.
Era digital sudah mulai mempengaruhi pemimpin milenial. Beberapa karakter
generasi milenial ini adalah :

  1. Kemampuan mereka mengakses teknologi informasi yang lebih baik dari
    generasi sebelumnya. Media sosial menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
    Internet menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi mereka. Apapun
    kebutuhan informasi yang mereka perlukan, sebagian besar mereka peroleh
    dari internet dan media sosial.
  2. Generasi milenial lebih memiliki keberanian dalam berinovasi. Mereka lebih
    termotivasi menciptakan startup atau merintis usaha dan bisnis baru. Karena
    merupakan bagian tantangan yang membuat sensasinya bersemangat untuk
    mewujudkan sesuatu yang baru.
  3. Generasi milenial lebih menyukai indenpendensi atau kemandirian. Karena
    generasi milenial lebih menyukai kebebasan dan kemandirian dalam
    menyelesaikan segala sesuatunya.
  4. Generasi milenial lebih menyukai sesuatu yang instan dan tidak
    menyulitkannya dalam berusaha. Mungkin hal ini bisa diartikan secara positif
    atau negatif. Dalam hal positifnya yaitu menyukai sesuatu hal yang mudah,
    praktis dan sederhana. Dalam segi negatifnya, generasi ini mungkin memiliki
    daya tahan yang lebih rendah terhadap tekanan stress karena terbiasa
    melakukan sesuatu dengan cepat dan instan sehingga kurang sabar ketika
    yang dilakukan atau yang direncanakan tidak sesuai dengan harapannya.
    Adanya karakter yang demikian menjadikan generasi milenial menjadi
    generasi baru dalam mewujudkan karakter kepemimpinan dalam era masa kini.
    Namun yang dapat ditekankan bahwa generasi milenial perlu memahami dan
    memakai pola komunikasi yang baik dengan yang dipimpin. Misalnya generasi
    milenial tidak segan menggunakan media sosial untuk menyalurkan bentuk
    komunikasi tersebut, sebagai arus utama dalam kehidupan generasi baru.

Kepemimpinan milenial perlu mendorong inovasi, kreativitas dan jiwa
enterpreneurship sebagai generasi baru. Semua saluran inovasi, kreativitas dan
entrepreneurship harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Tidak hanya berisi
wacana belaka tanpa adanya implementasi dari sesuatu yang sudah direncanakan.
Misalnya generasi milenial membangun pusat-pusat kreativitas disetiap daerah atau

wilayahnya dengan menggunakan peralatan teknologi yang baru untuk mewujudkan
ide atau gagasan yang sudah diracang oleh generasi milenial.

Kepemimpinan milenial perlu mendukung kemandirian dan jiwa
entrepreneurship generasi milenial. Dalam membangun bangsa harus memiliki
fondasi utama yakni kemandirian dan entrepreneurship. Generasi milenial harus
mempunyai keterampilan untuk mewujudkan ide atau gagasan yang dirancangnya
dan hasil yang sesuai dengan ekspektasinya.

Generasi milenial harus mampu menjadi pemimpin yang adaptif. Menjadi
seorang pemimpin yang professional dengan tantangan yang silih berganti dan cara
bekerja terus berevolusi. Pemimpin milenial harus mampu merubah keadaan menjadi
lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga untuk mewujudkan pemimpin dari generasi
milenial harus bisa :

  1. Berani keluar dari zona nyaman. Mencoba sesuatu hal yang baru dengan
    menggunakan teknologi yang terbaru dan dengan tim yang berbeda.
    Mengalami ketidaknyamanan adalah cara terbaik untuk melatih pemimpin
    menjadi seorang yang fleksibel dalam mewujudkan seluruh ide atau gagasan
    yang dibuat.
  2. Latih diri untuk mendengar lebih aktif. Kepemimpinan yang adaptif sangat
    bergantung pada informasi dari berbagai sumber. Jangan hanya mendengar
    apa yang ingin didengar. Dengarkan ide-ide, gagasan-gagasan dari anggota
    tim atau orang yang dipimpin baik kaum tua atau kaum muda. Keterbukaan
    terhadap sudut pandang orang lain akan membantu seorang pemimpin melihat
    Gambaran yang lebih besar dan dapat membuat keputusan yang lebih tepat.
  3. Berkomunikasi secara transparan. Saat perubahan kesepakatan yang telah
    diambil secara musyawarah mengalami perubahan ataupun ada sesuatu hal
    yang tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh pemimpin dan
    dan anggota timnya atau orang yang dipimpin, maka sampaikan seluruh
    informasi kepada tim atau orang yang dipimpinnya secara transparan.
    Komunikasikan tujuan, tantangan serta perubahan rencana secara terbuka.
    Dengan demikian, maka anggota tim atau orang yang dipimpin akan merasa
    dihargai dan siap untuk beradaptasi secara bersama.
  4. Mengubah kegagalan yang dialami menjadi sebuah peluang untuk menjadi
    yang lebih baik. Dalam kehidupan manusia mengalami kegagalan adalah
    sesuatu hal yang wajar terjadi. Namun dari kegagalan yang ada seorang

pemimpin tidak menyalahkan siapa yang berbuat atau mencari kambing hitam
atas kegagalan yang terjadi. Daripada menyalahkan, seorang pemimpin
menciptakan budaya ketika mengalami kegagalan sebagai bahan diskusi untuk
memperbaikinya agar tidak terjadi lagi di kemudian hari. Setelah adanya
kegagalan, seorang pemimpim merubah mainseat kepemimpinan menjadi
“Apa yang bisa dipelajari dari kegagalan ini?”, daripada “Siapa yang
salah?”. Dengan pendekatan ini akan mendorong tim untuk lebih berani
berekprimen dan berinovasi.

  1. Berkembang bersama tim bukan sendiri. Pemimpin jangan pernah berhenti
    untuk belajar. Mengajak tim atau anggota mencari peluang melalui berbagai
    kegiatan. Misalnya mengikuti seminar, membaca artikel, atau mencoba tools
    baru bersama tim. Sebagai pemimpin, tunjukkan bahwa proses belajar adalah
    hal yang konstan. Menjadi pemimpin yang menginspirasi setiap anggota tim
    untuk terus belajar mengasah kemampuan diri, secara kolektif dan bersama
    tim yang lain bisa menghadapi tantangan apapun di masa depan.
    Dengan kiat-kiat atau cara diatas merupakan langkah nyata menuju
    kepemimpinan dari pemimpin milenial yang lebih efektif. Menjadi pemimpin adaptif
    adalah proses yang terus berjalan. Seorang pemimpin dimulai dari hal yang kecil,
    kemudian menjadi sebuah perubahan besar bagi karir dan teamwork dari seorang
    pemimpin. Pada era generasi milenial saat ini pergolakan dan tantangan untuk
    memiliki pemimpin yang sesuai dengan era saat ini begitu besar. Walaupun banyak
    survei yang menyebutkan bahwa bangsa Indonesia sudah menciptakan pemimpin
    generasi milenial yang baik. Namun hal tersebut tidak sampai pada pemimpin pada
    akar tingkat bawah. Karena masih banyak terjadi pemimpin yang masih menyalahi
    aturan, belum banyak menciptakan perubahan serta lambannya sikap pemimpin
    dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

Tantangan seorang pemimpin di masa mendatang bukan hanya
bagaimana seorang pemimpin mempunyai sifat atau karakter yang tegas dan disiplin.
Namun bagaimana menjadi seorang pemimpin yang dapat dicontoh sebagai tauladan
yang baik bagi anggota tim. Karena seorang pemimpin tidak lahir secara otomatis,
namun pemimpin yang lahir karena pengalaman dan usahanya menyelesaikan suatu
masalah dari hal yang kecil hingga masalah global. Pemimpin juga harus
berimplemantasi yang sama dengan anggota tim sehingga juga akan merasakan apa

yang mereka rasakan. Agar segala kebijakan dan kewenangan yang dimiliki seorang
pemimpin menjadi bermanfaat bagi yang lain.

Praktek kepemimpinan berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Kepemimpinan saat ini yang memiliki pendekatan digitalisasi merambah seluruh sendi
kehidupan masyarakat. Seorang pemimpin saat ini tidak lagi berkutat pada
konvensional, harus melek teknologi, cepat, haus pengetahuan dan publikasi. Pada
saat ini kepemimpinan membutuhkan karakter dengan pemikiran yang menggunakan
digital. Pemimpin harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Ruang
pertemuan fisik beralih kepada digital (zoom meeting).

Pemimpin pada era modern ini juga harus mampu menjadi observer
(pengamat) dan pendengar aktif terhadap bawahannya. Agar bawahan mempunyai
sense of belonging bagi seorang pemimpin. Pemimpin “agile” sebagai pemimpin yang
cerdas melihat peluang, cepat dalam beradaptasi, dan lincah dalam menfasilitasi
perubahan. Pemimpin juga mempunyai rasa “inclusive” dengan memasuki cara
berpikir orang lain untuk melihat masalah yang ada. Berani mengambil perbedaan
untuk mencapai visi dan misi yang akan dicapai oleh seorang pemimpin, serta
pantang menyerah dalam menghadapi situasi apapun yang dihadapi bersama
bawahannya.

III. KESIMPULAN

Seorang pemimpin merupakan unsur penting dalam menjalankan
kehidupan berorganisasi atau bernegara dengan memperhatikan kondisi masyarakat
dibawahnya. Sehingga seorang pemimpin tersebut dalam mengambil keputusan
haruslah melibatkan peran serta bawahannya. Keputusan yang melibatkan bawahan
sebagai upaya untuk mengakomodir ide-ide atau usulan-usulan yang dimiliki oleh para
bawahan yang sifatnya untuk membangun demi pencapaian tujuan organisasi.
Kehidupan berorganisasi atau bernegara juga menuntut pemenuhan
kebutuhan individu secara komprehensif agar dapat bekerja secara optimal. Maka dari
itu motivasi yang bersifat membangun bagi para bawahan diperlukan oleh seorang
pemimpin sebagai perwujudan mengarahkan terhadap bawahannya agar lebih mudah
bekerja sama dalam pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien.
Gaya kepemimpinan yang perlu dibangun perlu melakukan adaptasi dengan pola pikir
dan pola kerja generasi saat ini. Karena generasi saat ini sebagai penerus cita-cita
yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Sedangkan saran yang diberikan yaitu :

  1. Kepemimpinan harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan
    zaman yang ada. Terlebih lagi pada era modern saat ini, dibutuhkan seorang
    pemimpin yang memiliki jiwa dan pemikiran yang visioner.
  2. Adanya rancangan penguatan sistem manajemen seluruh kebijakan yang akan
    dibuat oleh seorang pemimpin. Karena sistem yang dibuat harus mendukung
    kemajuan untuk masa depan.
  3. Penguatan komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahannya untuk
    menciptakan iklim yang kondusif dalam rutinitas berorganisasi. Setidaknya
    pengawasan langsung oleh pimpinan menjadi jaminan dalam penyelesaian
    tugas bawahan, serta memperhitungkan kebutuhan individu sebagai manusia
    untuk menjaga hubungan yang lebih mendalam antara pemimpin dan bawahan
    dengan pencapaian tujuan organisasi sehingga bawahan ikut terdorong untuk
    andil dalam keberlangsungan hidup organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, N. 2010. Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta: Prenhaliindo.
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Marzuki, S. 2002. Analisis Pengarug Perilaku Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kinerja Account Officer: Studi Empirik pada Kancah BRI Wilayah Jatim. Tesis,
Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Rivai, A. 2007. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta: Rineka Cipta.
Rujiatmojo, Soeharto. 2005. Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siagian, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suranta, S. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan
Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis, Jurnal Empirika 15 (2): 116-138.
Sutikno, S. 2018. Pemimpin dan Kepemimpinan, Lombok: Holistica.
Wajosumijo, 2002. Kepemimpinan: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT.

Tinggalkan komentar